27 Desember 2008

Seputar Budidaya Burung Walet ( Collacalia fuciphaga )

Seputar Budidaya Burung Walet ( Collacalia fuciphaga )

1. SEJARAH SINGKAT

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon.

Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

2. JENIS

Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga


3. MANFAAT

Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.


4. PERSYARATAN LOKASI

Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.

5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

5.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan

Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.

Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk "L" yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2) Bentuk dan Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.

Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari.

Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang.

Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

5.2. Pembibitan

Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara
Burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan "panen cara buang telur". Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur
Walet diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.

a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10­1 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.

b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas. Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3) Penetasan Telur Walet

a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.

Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan.


b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas

Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis.

Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.

Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13­1 hari telur akan menetas.

5.3. Pemeliharaan

1) Perawatan Ternak

Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1­derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.

Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.

Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

2) Sumber Pakan

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untukmengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3) Pemeliharaan Kandang

Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung.


6. HAMA DAN PENYAKIT

1) Tikus

Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.

2) Semut

Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.

3) Kecoa

Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.

4) Cicak dan Tokek

Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.


7. PANEN

Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:

1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.

2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.

3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.

Adapun waktu panen adalah:

1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.

2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.

3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.


8. PASCAPANEN

Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.


9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

9.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:

1) Modal tetap
a. Gedung Rp. 13.000.000,-
b. Renovasi gedung Rp. 10.000.000,-
c. Perlengkapan Rp. 500.000,-
Jumlah modal tetap Rp. 23.500.000,-
Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th) Rp. 391.667,-

2) Modal Kerja
a. Biaya Pengadaan
- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,- Rp. 500.000,-
- Transportasi Rp. 100.000,-
- Makan Rp. 50.000,-
b. Biaya Kerja
- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln Rp. 15.000,-
- Panen Rp. 20.000,-
Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,- Rp. 685.000,-

3) Jumlah modal yang dibutuhkan pada awal Produksi
a. Modal tetap Rp. 13.500.000,-
b. Modal kerja 1x Produksi Rp. 685.000,-
Jumlah modal Rp. 14.185.000,-

4) Kapasitas produksi untuk 5 tahun 1 kali produksi :
a sarang burung walet menghasilkan 1 kg
b sarang burung sriti menghasilkan 15 kg
c untuk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 4 kg
- sarang burung sriti 60 kg
d untuk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 20 kg
- sarang burung sriti 300 kg

5) Biaya produksi
a. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan Rp. 391.667,-
b. Biaya tidak tetap Rp. 685.000,-
Total Biaya Produksi per bulan Rp. 1.076.667,-
Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti) Rp. 67.292,-

6) Penjualan
a. sarang burung walet 1 kg Rp. 17.000.000,-
b. sarang burung sriti 15 kg Rp. 3.000.000,-
Untuk 1 kali produksi Rp. 20.000.000,-
Untuk 5 tahun
a. sarang burung walet 20 kg Rp. 340.000.000,-
b. sarang burung sriti 300 kg Rp. 60.000.000,-
Jumlah penjualan Rp. 400.000.000,-

7) Break Even Point
a. Pendapatan selama 5 Tahun Rp. 400.000.000,-
b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln Rp. 64.600.000,-
c. Keuntungan selama 5 tahun Rp. 335.400.000,-
d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln Rp. 5.590.000,-
e. BEP 232.919

8) Tingkat Pengembalian Modal 3 bulan (1 x produksi)


9.2 Gambaran Peluang Agribisnis

Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya sarang burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.


WALET DAN RAHASIANYA

Dari beberapa jenis burung walet yang ada, hanya terdapat 4 jenis walet yang sarangnya bisa dikonsumsi dan laku dijual yaitu: Aerodramus fushipagus (walet sarang putih/Yen-ou), Aerodramus maxima (walet sarang hitam/Mo-yen), Collocalia esculanta (seriti), dan Collocalia vanikorensis (seriti lumut).

Setiap mahluk hidup pada dasarnya memilih tempat berkembangbiak yang aman dan nyaman. Begitu pula walet. Sehingga walet memilih tempat yang memenuhi syarat :

Aman yaitu aman dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang.

Nyaman yaitu tempat sesuai habitatnya. Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-29 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia mencari makan.

Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin bertambah pula jumlah populasinya.

Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet. Perlakuan khusus itu pada dasarnya adalah membuat bangunan yang sesuai dengan habitat walet. Secara teori, perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, ukuran lubang, pemberian tanah merah, bau-bauan, hujan buatan, pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya. Semua teori itu adalah benar untuk memancing atau menjaga dan mengembangkan populasi walet karena memang bertujuan untuk membuat bangunan agar sesuai dengan habitat walet.

Namun bila kita perhatikan, terutama pada usaha orang untuk memancing seriti/walet dan rumah yang telah didiami seriti/walet.

Mengapa si'A' yang bangunannya kecil berhasil memancing seriti/walet, sedang si'B' yang bangunannya besar tidak berhasil? Mengapa sudah diberi bak tampung air, diberi serangga dari makanan yang dibusukkan, dan lainnya tapi bangunan hanya dimasuki saja oleh seriti/walet (tidak mau menginap kalaupun menginap hanya sebentar)? Mengapa rumah kayu bisa menjadi rumah seriti? Mengapa susah menjadikan rumah seriti menjadi rumah walet kalaupun bisa hanya sedikit?

Orang akan mengatakan itu adalah faktor keberuntungan saja.

Mengapa rumah walet yang telah berproduksi, produksinya tetap atau malah berkurang padahal kelihatannya tidak ada gangguan? Mengapa meskipun bangunan sudah diperluas tapi walet tidak mau menyebar ke bangunan yang baru? Mengapa sarang yang dihasilkan kecil? Mengapa sarang yang dihasilkan lembek atau malah mudah patah? Apakah bisa telur ditetaskan pada saat kemarau? Bagaimana caranya agar produksi mampu meningkat? Bagaimana caranya agar jumlah populasi walet meningkat? Dan akan timbul pertanyaan lainnya.

Kalau kita kaji lebih dalam semua itu disebabkan oleh karena adanya faktor alam yang tidak memungkinkan seriti/walet untuk mengembangkan populasinya. Salah satu faktor alam yang terpenting dan sulit dikendalikan (seringkali pula tidak kita sadari) adalah suhu dan kelembaban. Semua teori di atas (seperti ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, pemberian tanah merah dan hujan buatan) pada dasarnya adalah untuk mengendalikan suhu dan kelembaban rumah seriti/walet. Kita tidak mungkin mengontrol suhu dan kelembaban secara manual. Bagaimana caranya mengontrol suhu dan kelembaban agar semaksimal mungkin mendekati habitat yang disukai dari populasi walet? Bagaimana mungkin kita mengontrolnya tiap detik? Bagaimana mungkin mengontrol suhu dan kelembaban yang juga dipengaruhi oleh cuaca luar bangunan?



PENTINGNYA KELEMBABAN DAN SUHU BAGI SERITI/WALET

Seringkali kita tidak menyadari akan pentingnya kelembaban dan suhu bagi seriti/walet. Bila kita perhatikan ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, dan pemberian tanah merah pada dasarnya adalah untuk menjaga kelembaban dan suhu agar sesuai dengan habitat seriti/walet. Banyak teori yang mengajarkan kepada kita tentang menghitung berapa luas bangunan, berapa luas bak tampung air, berapa banyak lubang ventilasi agar kelembaban dan suhu ruangan mendekati yang disukai seriti/walet. Semua teori itu adalah mendekati 'benar' karena telah mengalami penelitian dan berdasar pengalaman. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar karena tidak mungkin kita dapat membuat ruangan yang mempunyai kelembaban dan suhu sesuai dengan yang disukai habitat seriti/walet tanpa kita mengukur berapa kelembaban dan suhu ruangan tersebut dan mengaturnya. Untuk mengukur kelembaban dan suhu kita dapat menggunakan thermohygrometer (sebatas mengukur saja), tapi akankah kita senantiasa mengukur dan mengaturnya secara manual (di dalam ruangan) dan setiap detik pula padahal seriti/walet butuh ketenangan dalam ruangan. Kalaupun bisa paling dengan jalan diambil jalan tengahnya misalnya pemberian pengembun dalam ruangan untuk membantu meningkatkan kelembaban dan suhu dengan cara dihidupkan saat-saat cuaca kering dan panas. Namun hal itu tidaklah pasti.

Sedangkan kelembaban dan suhu dipengaruhi juga oleh banyak faktor yang seringkali tidak disadari seperti cuaca di luar bangunan yang selalu berubah, angin dan lainnya. Sehingga bagi mereka yang ingin memancing seriti/walet kadang ada yang berhasil dan kadang ada pula yang tidak. Bagi yang berhasil memancing seriti/walet adalah sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan saja (mungkin saat itu kelembaban dan suhu ruangan mendekati kelembaban dan suhu yang disukai habitat seriti/walet sehingga seriti/walet mau menetap). Dan selama kelembaban dan suhu ruangan tersebut masih dalam toleransi habitat seriti/walet maka

seriti/walet akan berkembang tapi perlu diingat bahwa kelembaban dan suhu ruangan tak selamanya konstan sehingga jumlah populasi kadang menurun (perkembangan jumlah populasinyapun tak meksimal) seperti pada musim kemarau dan lainnya. Kelembaban dan suhu juga sangat berpengaruh pada insting seriti/walet untuk kawin, produksi sarang, kwalitas sarang, penetasan telur dan perkembangan kesehatan seriti/walet itu sendiri.


“Sudah 3 tahun rumah walet Afong di Kecamatan Siantan, Kabupatan Pontianak, Kalimantan Barat, kosong dari cericit walet. Jangankan untuk bersarang, singgah pun Collocalia fuciphaga itu tidak mau. Namun sejak rumah walet itu dipasang tweeter sistem oper bola selama 8 bulan, ada 200 sarang walet di sana.”

Sulitnya si liur emas untuk bersarang di bangunan walet milik pengusaha emas itu kontras dengan lingkungan sekitarnya. Lokasi tempat bangunan itu berada kondang sebagai kompleks walet. 'Di sini ada sekitar 100 rumah walet,' ujar Afong. Mayoritas rumah-rumah itu sudah banyak dihuni walet. Namun, 'Di tempat saya walet-walet itu hanya keluar masuk,' tambahnya. Padahal perangkat pendukung untuk memancing walet antara lain cd walet dan tweeter sudah dipasang.

Nasib baik mulai berpihak setelah bangunan itu dikunjungi seorang konsultan walet dari Jakarta Barat. Konsultan itu menduga sulitnya walet bersarang karena penempatan tweeter yang salah. 'Rupanya posisi tweeter yang berhadapan membuat suara antartweeter bertabrakan. Akibatnya walet sulit menentukan sumber suara,' ujar Afong yang kemudian mencoba sistem tweeter oper bola. Terbukti setelah posisi dan jarak antartweeter diubah, muncul suara jernih yang membuat walet mau menetap.

Atur jarak

Sistem tweeter oper bola yang didesain oleh Ir Lazuardi Normansah pada 1997 bertujuan untuk mengundang walet tertarik masuk, terutama burung baru. 'Diusahakan burung yang datang itu langsung menginap dan dapat ditolerir sampai hari ketiga,' ujar konsultan walet di Jakarta Barat. Langkah awal untuk mengundang walet adalah dengan memasang 2-4 tweeter luar di pintu masuk walet yang terletak di lantai teratas. 'Tweeter harus menghadap keluar supaya suaranya jelas terdengar oleh walet,' kata kelahiran Riau, 40 tahun lalu.

Tweeter lain, void, dipasang lebih dalam berjarak 1-2 m dari tweeter luar. Tujuannya supaya suara tweeter luar samar-samar terdengar dalam ruangan. 'Kalau tweeter void tidak ada, walet-walet itu akan mengikuti arah suara tweeter luar dan walet akan keluar rumah lagi,' ujar Lazuardi. Nah, agar burung masuk sampai ke lantai bawah, pada void di tiap lantai juga dipasang sebuah tweeter. Posisi tweeter antarlantai-tweeter dalam-berselang-seling. Jarak pemasangan setengah dari lebar sirip tembok.

Tweeter dalam yang terpasang pada sirip-sirip perlu diatur letaknya. Idealnya setiap 1 m² dipasang sebuah tweeter dengan jarak 10-20 cm dari bibir sirip. 'Biasanya walet suka menempel pada tweeter. Bila posisi tweeter dekat bibir sirip, walet jadi takut dan malas bersarang,' ujar Lazuardi. Selain itu posisi tweeter diupayakan tegak lurus agar suara yang keluar terdengar jelas.
Ragam suara

Selain posisi dan jarak, jenis suara menjadi bagian penting memancing walet masuk dan bersarang. Untuk itu menurut Lazuardi perlu dipasang cd suara kawin, bermesraan, saling memanggil, dan piyik. Yang lain suara walet remaja bermain di tweeter luar. Yang disebut pertama lebih dominan terdengar, sekitar 60-70%. Hal itu untuk merangsang walet segera mencari pasangan dan kawin. Suara piyik dan remaja bermain digunakan 10-20%. Begitu pula suara panggil digunakan sebesar 10-20%. 'Walet itu hidup berkoloni. Saat mendengar suara-suara itu mereka tidak akan merasa sendiri,' jelas Lazuardi.

Pada tweeter dalam dan void suara walet mengasuh piyik, piyik, dan remaja yang sedang bermain lebih dominan. Masing-masing porsinya mencapai 20-30%.

Sisanya, suara walet saat birahi dan bermesraan. Pada tweeter luar, dalam, dan voidragam suara itu dipasang dengan durasi 20 menit yang direkam dalam cd.

Lamanya tweeter menyala mempengaruhi kehadiran walet. Tweeter luar dan void hanya dihidupkan setiap hari pukul 05.00-19.00 WIB. Tweeter dalam pada rumah yang telah berproduksi dipasang mulai pukul 04.00-21.00 WIB. Pemasangan pagi huta untuk tanda waktu agar burung keluar mencari pakan,' tutur Lazuardi. Sedangkan tweeter dalam di rumah dibiarkan menyala selama 24 jam.
Mikroklimat

Tweeter yang mampu bekerja maksimal dapat membuat walet masuk dan bersarang. 'Bila dianggap nyaman walet akan menyusuri ruangan sampai ke lantai bawah,' kata Lazuardi. Pada rumah baru, walet biasanya akan berhati-hati masuk lantaran takut. 'Dalam waktu 1-2 detik terbesit keraguan walet untuk tinggal. Namun jika tweeter terpasang benar, keraguan burung akan hilang,' tambahnya.

Tweeter memang bukan satu-satunya faktor penentu walet bersarang. Menurut Hary K Nugroho, konsultan walet di Jakarta Utara, tweeter dipakai sebagai langkah awal menarik walet masuk ke dalam rumah. 'Setelah masuk, selanjutnya mikroklimat dan aroma dalam rumah memegang peran penting,' ujarnya. Idealnya suhu diatur 28-30°C, sehingga tweeter bakal bekerja lebih ringan untuk memikat walet bersarang. (Lastioro Anmi Tambunan)

1 komentar:

nico mengatakan...

lengkap sekali informasinya dan sangat bermanfa'at, terima kasih.